Milik Prancis Memeluk Kesetiaanmu
(Eiffel)
“ Easy come, easy go, that's just how you
live
Oh, take, take, take it all but you never give ”
Oh, take, take, take it all but you never give ”
Kakak perempuanku tak menghiraukan
nada alarm itu, dia hanya menekan tanda cancel
dan menarik selimutnya lagi karena cuaca pagi di kota yang sangat dingin
ini, Malang. Lagu itu sejenak berhenti, padahal itu lagu kesukaanku karena
kualitas musiknya yang bernuansa Eropa. Tapi cepat sekali, dua menit usai dan
nada itu berbunyi lagi pada angka 05.02 yang memaksaku membuka mata lebar-lebar.
“Alea.. cepat
bangun gih, udah siang.” Seru Ibuku.
“Aargh.. iya bu.
Tapi kan dingin banget, aku masih di Eropa nih.” Aku sambil mengingat-ingat
mimpiku semalam yang berada di bawah menara Eiffel.
“Eropa apaan sih
Al, orang bangsa tropis kaya gini. Udah, cepet bangun!”
Aku
harus memaksa mataku terbuka dan mengakhiri khayalanku. Aku tak ingin kejadian
buruk terulang lagi, kemarin sesampai di gerbang SMA aku mendapat hadiah dari
Bu Ria untuk menyiram tanaman di tiga kelas. Benar-benar kejutan sarapan pagi,
baru kelas sepuluh sudah membuat masalah dengan guru. Padahal dulu waktu SMP,
tak sekalipun aku pernah terlambat masuk gerbang sekolah.
Dari SMP
aku punya dua sahabat baik, kita selalu
berusaha saling melengkapi dan juga pasti saling berebut ranking di kelas.
Sampai sekarangpun di SMA kelas X masih
berebut ranking karena kita satu kelas lagi. Salah satu dari mereka yaitu Syafa,
dia anak yang baik, pendiam dan cerdas.
Hembusan udara yang sangat dingin
ini membangunkan bulu tubuhku. Ditambah, pagi -pagi sekali sudah ada keributan
di depan kelas yang membuatku jengkel.
“Hai..hai,
kembali lagi bersama saya ananda Kugy di
Archela FM.” Kejut seorang anak pendek.
Dia sambil
menggedor-gedor meja dan bertingkah seperti seorang VJ kesukaannya, yaitu VJ
Daniel. Benar-benar kebiasaan, dia adalah sahabatku yang satunya. Saeorang anak
laki-laki yang sangat cerewet dan selalu menjadi juara di kelas, Kugy.
“Argh.. Kugy usil
deh, kaget kan akunya.” Bentak Syafa.
“iya deh iya..
maaf. Abis kalian berdua nglamun mulu, ada apaan sih syafa?” Sahut si cerewet
Kugy.
“Ini nih.. si
Alea lagi kasmarann.”
“Ah, nggak. Apaan
sih Syafa. Nggak tau.” Sahutku.
Kebetulan
saat itu aku melihat seorang anak tampan bernama Ozy sambil membawa tas. Dia memandangiku terus,
dengan herannya akupun juga memandangnya dengan ingin tahu apa maksudnya dia
memandangiku seperti apa yang pernah dilakukannya waktu SMP dulu. Ozy juga
salah seorang temanku SMP yang kini di satu SMA lagi. Tapi sekarang tidak satu
kelas denganku. Hidupnya sangat tidak menyenangkan, setelah orang tuanya
berpisah dia hanya tinggal berdua dengan ibunya yang menjadi seorang guru, dia
juga sangat menyayanginya bahkan dia tidak mau hidup bersama ayahnya. Dia juga dekat dengan Kugy dan bisa dibilang
pandai saat SMP. Bahkan mereka duduk sebangku.
Saat itu juga aku memandanginya terus entah
kenapa, kemudian Syafa memulai pembicaraan yang membahas si Ozy. Itulah kenapa
aku disebut-sebut sedang kasmaran oleh Syafa.
“Haaah, Alea jjjjatuuh
cinttta??? Yang bener Al? Setauku kamu
tuhh paaaling anti sama begituan.” Kugy sambil melototkan mata saking kagetnya.
“Udah ah, udah bell masuk nih.” Aku mencoba mengalihkan
pembicaraaan.
“Eciyee.. Alea..
ciye ciye ciye ciye..” Kata-kata berisik Kugy muncul.
Hari
itu benar-benar menjadi hari sialku, aku tidak bisa berkonsentrasi belajar
sejak kejadian tadi. Ozy benar-benar menutup otakku untuk menerima pelajaran
baru. Tidak tahu kenapa padahal dulu di SMP aku biasa saja dengannya, tidak
seperti ini.
Untung
saja saat itu pelajaran Konseling, jadi otakku bisa sedikit santai. Di jam
pelajaran itu juga membuatku terbangun. Kita satu kelas mendapat tugas untuk
menceritakan cita-cita kita yang setinggi mungkin, bahkan diharapkan kita bisa
pergi ke luar negeri untuk meneruskan belajar. Aku bercita-cita ingin
melanjutkan belajar ke Eropa, tujuan utamaku. Satu alasan yang pasti karena
negara-negara di Eropa sangat maju, selain itu alasnku juga karena sejak dari
kecil aku ingin sekali menikmati musim salju. Alangkah indahnya jika aku
benar-benar bisa sekolah di Eropa, dan
menyentuh bola-bola salju kecil dari langit. Hembusan angin musim salju yang
dingin, dan mengenakan mantel berbulu tebal. Negara yang ingin aku kunjungi
adalah Prancis. Dengan keindahan dan kecantikan Eiffelnya membuatku sangat dan
sangat mengaguminya. Sejak itulah aku terdorong untuk lebih berkonsentrasi
sekolah di SMA tanpa ada penghalang
***
Berganti
hari semangatku belajar semakin bertambah. Tak disangka aku bertemu Ozy saat
menuju gerbang sekolah, dia memberiku senyum manisnya dan menghampiriku.
Sebenarnya saat itu aku sangat tidak nyaman dan salah tingkah, akupun tak tahu
kenapa hal ini terjadi.
“Hai Alea.. lama
ga ketemu nih.” Sapanya.
Sambil salah
tingkah aku membalas sapaannya.
“Uumb.. oh iiya Zy,
udh lama ya.. Hmm.” Aku seperti orang yang kesulitan bicara.
Kami
pun melanjutkan perjalanan menuju gerbang. Saat itu aku bertingkah seperti
orang gila yang senyum-senyum sendiri menuju kelas. Ah aku sangat bingung
dengan diriku, sebenarnya apa yang terjadi padaku.
“Haahh, itttu
namanya kamu bener-bener lagi jatuh cinta tuh sama si Ozy.” Teriak Syafa
setelah memahami cerita dariku.
“Hyuusssh. Apaan
sih Syafa. Untung belum ada anak di kelas nih, suaramu keras banget. Udah udah
udah, aku ga mau mikirin lagi. Ntar malah jadi penghalangku ke Prancis tau.”
Di rumah
pun aku masih kepikiran masalah ini, sampai-sampai aku dimarahi ibuku karaena
tingkahku akhir-akhir ini aneh. Aku hanya melamun di kasurku sambil kebingungan
dan seperti orang yang telah menerima musibah besar.
“Mungkin apa yang
dikatakan Syafa emang bener, aku suka sama Ozy. Aargh kok bisa gini sih. Ya
Allah, apa rencanaMu.. Kenapa rasa ini ga dulu saat SMP aja Ya Allah. Aku ga
mau sekolahku keganggu cuma gara-gara ini, aku ingin ke Prancis ya Allah..”
Sambil memeluk bonekaku aku terus menggumam.
Tapi
aku berfikir mungkin ini memang jalanku, rasa ini baru muncul sekarang karena
ada hubungannya dengan cita-citaku.
“Mungkin aja Ozy
jadi penyemangatku. Tapi,, apa Ozy juga menyukaiku??” tanyaku pada diriku
sendiri.
“Ahh apaah sih,
ga mungkin juga lagi. Pokoknya aku harus tetep serius belajar, aku juga harus
buang jauh-jauh rasa ini. FIGHTING Alea..!” Aku mencoba mengelak.
“Hayoww Alea..
ngapain hayo? Mikirin cowo yaa?” kakakku meledek dan mengagetkanku.
“Iigh.. kata
siapa, nggak. Weekkk.” Aku sambil meledeknya dan lari keluar kamar.
***
Jam istirahat di perpustakaan..
“Pagi Alea..
sendiri aja nih? Mana Kugy sama Syafa?” Ozy tiba-tiba mengagetkanku yang sedang
membaca di meja perpustakaan.
“Pagi juga Zy,
biasalah.. mereka ke kantin.” Jawabku yang sedang berusaha melupakannya sambil
tak menghiraukan keberadaannya dan meneruskan membaca tanpa memandangnya
sedikitpun.
“Oh.. oiya Al,
aku ada sesuatu buat kamu. Nihh, pake ya..” Ozy berusaha mencairkan keadaan dan memberiku
sebuah gelang Handmade yang dibuatnya
sendiri dari kalender bekas.
“Wah.. bagus Zy, makasih
ya.. kamu buat ini sendirian??”
“Iya Al, aku buat
ini cuma tiga hari loh. Aku juga buat untukku sendiri kok Al sama persis, liat
deh.” Ozy sambil menyodorkan gelang di tangannya.
“Bagus kok Zy..”
Jawabku cuek.
“oiya Al.. boleh
ga aku ngomong sesuatu?
“Hmm.. apaan?”
Aku meneruskan membaca buku
“sebenernyaa...”
“Iyaa?”
“Uumb, aku minta
maaf ya Al udah lancang ngomong kaya gini. Tapi emang ini yang aku inginin dari
SMP dulu. Sebenernya... aku suka kamu sejak SMP dulu Al.” Ozy terlihat gugup
dan malu mengatakan hal itu. Dan membuatku meletakkan bukuku sambil melihatnya
juga dengan gugup.
Tapi
tetap saja aku harus mengabaikan, aku harus konsentrasi sekolah dan membuang
hal ini jauh-jauh demi tujuanku ke Prancis.
“Ahh apaan sih
Zy, kita kan udah berteman 3 tahun, aku tuh udah nganggep kamu kaya sahabatku
sendiri.”
“Tapi Al..”
“Ummb, maaf deh
Zy. Ohh udah bell masuk nih, balik yuk.” Ungkapku sambil gugup dan mencoba
mengalihkan Ozy.
Karena bell masuk sudah berbunyi, akupun dengan malu dan
gemetar meninggalkan Ozy yang malang di meja perpustakaan. Aku sendiri heran,
kenapa aku bisa melakukan hal sejahat ini.
***
Tak terasa wkatu berlalu begitu
cepat, kamipun harus mempersiapkan diri
untuk menghadapi soal-soal Ujuan Nasional. Tinggal menghitung hari kita akan
berhadapan dengan soal menegangkan tersebut. Hati resah dan tegang
mempersiapkan diri ke pergurun tinggi dan memikirkan masa depan kita. Itulah
saat-saat menguras pikiran dan otak kita semua. Kita harus bekerja keras dan
menyingkirkan masalah-masalah lain demi masa depan di hadapan kita.
Dan
Alhamdulillah usaha keras kita selama ini tidak sia-sia, nilai UN kita sangat
memuaskan dan membanggakan orang tua. Tapi hal itupun belum membuat kita lega
sepenuhnya, kita masih harus berjuang mencari perguruan tinggi idaman. Aku,
Kugy, dan Syafa serempak mempunyai tujuan perguruan tinggi yang sama yitu
mencari beasiswa ke Prancis.
“Aaal.. tunggu!!!” Syafa dan Kugy menghentikan
perjalananku ke ruang TU untuk mengurus berkas-berkas.
“ah kalian..
kaget tau, ada apa sih sampe ngos-ngosan gitu??” Tanyaku heran.
“Iini Al.. soal
Ozy. Diaa..” Jawab Syfa.
“Aah.. kelamaan
deh Syafa. Gini loh Al, tadi kita ketemu Ozy di gerbang depan, dia nitip ini
nih buat kamu. Katanya sih Al, notebook
buatannya ini pemberian terakhirnya.”
Hari kemarin, ternyata Kugy telah berbincang-bincang
dengan Ozy karena mereka juga cukup dekat. Kugy bilang bahwa Ozy menyukaiku
sejak SMP, tapi berkali-kali Ozy ingin mengungkapkannya dia tidak mempunyai
nyali karena sifatku yang tak mau kenal hal-hal semacam itu. Bahkan dulu SMP
dia pernah sampai membuntutiku pulang kerumah untuk mengungkapkannya, tapi
tidak berhasil juga kerena di luar rumah ada keluargaku yang sedang bergurau.
Akupun tidak tahu hal itu, kapan dia membuntutiku sampai ke rumah. Tapi kata
Kugy saat itu dia langsung memutar balik sepedanya dan segera pulang. Aku
benar-benar kaget dengan cerita Kugy, banyak sekali hal-hal yang dilakukan Ozy
untuk mengungkapkan perasaannya. Dari informasi yang dibawa Kugy itu membuatku
sangat sakit. Aku sudah mengecewakan Ozy yang dua tahun lalu sudah berani terus
terang. Aku sangat takut, aku sudah menyakiti Ozy bahkan juga diriku sendiri.
Berarti sudah 6 tahun Ozy menyimpan rasa itu, bahkan dia juga mengetahui kalau
aku sangat mengidolakan Prancis dan Eiffel nya. Dia benar-benar laki-laki
setia, sedangkan aku hanyalah gadis yang sombong dan tidak bisa menghargainya. L
“Msalahnya Al..
kamu kan dulu pernah suka Ozy juga tuh, sekarang Ozy udah mau berangkat ke
Medan sama ibunya, dia juga mau kuliah di sana Al. Nahh.. harapan Ozy yang
terakhir sekarang tuh dia pengen kamu ngucapin selamat tinggal buat yang terakhiiir
kali. Entah kamu suka dia atau nggak dia tetep ngarepin itu Al.” lanjut Kugy
“So, kalo kamu
masih suka Ozy, lakuin Al. Sekalian kamu ungkapin tuh perasaan. Tapi barusan
tuh dia buru-buru pulang Al, katanya udah mau berangkat.” Sahut Syafa.
“Harapan kita sih
kamu mau ke rumah Ozy Al..” lanjut Kugy
Ah aku sangat
takut, kenapa tiba-tiba aku seperti akan ditinggalkan sendirian. Baru kali ini
aku mendapat kabar kepergian seseorng sampai membuatku seperti orang putus asa
dan kaku. Saat itu aku sangat sedih.
Aku
berterus terang pada Kugy dan Syafa. Aku benar-benar bingung, apa aku harus ke
rumah Ozy atau diam saja dan tak menghiraukannya. Tapi karena itu sahabatku
sendiri yang meminta aku, Kugy, dan
Syafa langsung menuju ke rumah Ozy
menggunakan motor. Saat itu aku seperti tersihir oleh keadaan, aku sangat
bingung.
Tiba-tiba di jalan, Kugy terhenti
karena ada kemacetan di depan. Dan aku melihat sebuah gelang yang sama persis dengan
gelang pemberian Ozy tergeletak
di jalan, akupun langsung
turun dan mengambil gelang itu.
Sebenarnya, entah kenapa aku
mengambilnya dengan sangat gemetaran dan hatiku sangat resah karena
gelang itu hanya aku dan Ozy yang memiliki. Entah apa yang akan terjadi hatiku
benar-benar seperti teriris-iris. Di depanku, aku melihat seorang pemuda yang
tergeletak dengan lumuran darah dan dikerubungi oleh masyarakat. Saat itu juga
tiba-tiba air mataku jatuh dan aku sangat ketakutan orang itu adalah Ozy, entah
mengapa juga pikiran itu melayang di otakku tiba-tiba. Ternyata Yang Kuasa
telah mengatur pertemuanku dengan Ozy, saat itu juga aku melihat sendiri Ozy
menutupkan matanya dan aku memeriksa nadinya ternyata sudah tidak bekerja.
Melihat itu semua, tenagaku hilang. Aku ingin sekali berteriak, tapi rasanya
berat sekali saat itu untuk membuka mulutku. Aku hanya terdiam memandangi wajah
Ozy dan memegang gelangnya dengan wajahku yang penuh air mata. Aku benar-benar
seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Aku tak ingin pulang, aku
ingin disini menunggu Ozy sadar.
“Al...” Kugy dan Syafa menangis sambil memelukku. L
***
Sejak
kejadian sakit itu, aku hanya terdiam di kamar dan meratapi penyesalanku. Aku
sudah sangat berdosa, aku telah menyakiti Ozy dan diriku sendiri selama 6 tahun
dan itu bukan waktu yang singkat. Saat itu aku hanya ditemani oleh notebook pemberianm Ozy dan bolpoin
kecil.
“Apa
kau melihat dan mendengar..Tangis kehilangan dari ku
Baru saja ku ingin kau tahu..Perasaanku pada mu”
Baru saja ku ingin kau tahu..Perasaanku pada mu”
Tak
ku sangka Ozy benar-benar sudah meninggalkanku. Dia pergi untuk selamanya, dan
tak mungkin aku bisa bicara lagi dengannya. Aku benar-benar sudah kehilangan
kesempatan untuk mengungkapkan perasaanku kepada Ozy, sungguh menyakitkan. Mengapa dia harus pergi tanpa mendengar
pengakuanku dulu dan aku sangat menyesal kenapa dulu waktu dia menyatakan
perasaannya di perpustakaan aku tolak mentah-mentah. Seandainya saat itu aku
menaggapi ucapan Ozy, mungkin aku tidak sesakit ini. Apa mungkin bukan sekarang
saatnya untuk aku bahagia dengan Ozy? Hanya Allah yang tahu. L
Seandainya
aku mendapat kesempatan bertemu Ozy sekali lagi, aku hanya ingin mengucapkan
satu kalimat.
“Maafin
aku ya Zy, I Love You more.” L L
END L
Saat Kau Pergi
Entah
mengapa hatiku trus gelisah
Apa yang ‘kan terjadi
Airmatapun jatuh tak tertahan
Melihatmu terdiam
Apa yang ‘kan terjadi
Airmatapun jatuh tak tertahan
Melihatmu terdiam
Ternyata
kau pergi ‘tuk s’lamanya
Tinggalkan diriku dan cintaku
Tinggalkan diriku dan cintaku
Chorus:
Apa kau melihat dan mendengar
Tangis kehilangan dari ku
Baru saja ku ingin kau tahu
Perasaanku pada mu
Apa kau melihat dan mendengar
Tangis kehilangan dari ku
Baru saja ku ingin kau tahu
Perasaanku pada mu
Mungkin
Tuhan tak ijinkan sekarang
Kau dan aku bahagia
Ternyata kau pergi ‘tuk selamanya
Tinggalkan diriku dan cintaku
Kau dan aku bahagia
Ternyata kau pergi ‘tuk selamanya
Tinggalkan diriku dan cintaku
Chorus