Sabtu, 19 Oktober 2013

Cerpen Remaja Inspirasi Lagu




Milik Prancis Memeluk Kesetiaanmu (Eiffel)

“ Easy come, easy go, that's just how you live
Oh, take, take, take it all but you never give ”
            Kakak perempuanku tak menghiraukan nada alarm itu, dia hanya menekan tanda cancel dan menarik selimutnya lagi karena cuaca pagi di kota yang sangat dingin ini, Malang. Lagu itu sejenak berhenti, padahal itu lagu kesukaanku karena kualitas musiknya yang bernuansa Eropa. Tapi cepat sekali, dua menit usai dan nada itu berbunyi lagi pada angka 05.02 yang memaksaku membuka mata lebar-lebar.
“Alea.. cepat bangun gih, udah siang.” Seru Ibuku.
“Aargh.. iya bu. Tapi kan dingin banget, aku masih di Eropa nih.” Aku sambil mengingat-ingat mimpiku semalam yang berada di bawah menara Eiffel.
“Eropa apaan sih Al, orang bangsa tropis kaya gini. Udah, cepet bangun!”
Aku harus memaksa mataku terbuka dan mengakhiri khayalanku. Aku tak ingin kejadian buruk terulang lagi, kemarin sesampai di gerbang SMA aku mendapat hadiah dari Bu Ria untuk menyiram tanaman di tiga kelas. Benar-benar kejutan sarapan pagi, baru kelas sepuluh sudah membuat masalah dengan guru. Padahal dulu waktu SMP, tak sekalipun aku pernah terlambat masuk gerbang sekolah.
            Dari SMP aku punya dua sahabat baik,  kita selalu berusaha saling melengkapi dan juga pasti saling berebut ranking di kelas. Sampai sekarangpun di SMA kelas X  masih berebut ranking karena kita satu kelas lagi. Salah satu dari mereka yaitu Syafa, dia anak yang baik, pendiam dan cerdas.
            Hembusan udara yang sangat dingin ini membangunkan bulu tubuhku. Ditambah, pagi -pagi sekali sudah ada keributan di depan kelas yang membuatku  jengkel.
“Hai..hai, kembali lagi bersama saya ananda  Kugy di Archela FM.” Kejut seorang anak pendek.
Dia sambil menggedor-gedor meja dan bertingkah seperti seorang VJ kesukaannya, yaitu VJ Daniel. Benar-benar kebiasaan, dia adalah sahabatku yang satunya. Saeorang anak laki-laki yang sangat cerewet dan selalu menjadi juara di kelas, Kugy.
“Argh.. Kugy usil deh, kaget kan akunya.”  Bentak Syafa.
“iya deh iya.. maaf. Abis kalian berdua nglamun mulu, ada apaan sih syafa?” Sahut si cerewet Kugy.
“Ini nih.. si Alea lagi kasmarann.”
“Ah, nggak. Apaan sih Syafa. Nggak tau.” Sahutku.
            Kebetulan saat itu aku melihat seorang anak tampan bernama Ozy  sambil membawa tas. Dia memandangiku terus, dengan herannya akupun juga memandangnya dengan ingin tahu apa maksudnya dia memandangiku seperti apa yang pernah dilakukannya waktu SMP dulu. Ozy juga salah seorang temanku SMP yang kini di satu SMA lagi. Tapi sekarang tidak satu kelas denganku. Hidupnya sangat tidak menyenangkan, setelah orang tuanya berpisah dia hanya tinggal berdua dengan ibunya yang menjadi seorang guru, dia juga sangat menyayanginya bahkan dia tidak mau hidup bersama ayahnya.  Dia juga dekat dengan Kugy dan bisa dibilang pandai saat SMP. Bahkan mereka duduk sebangku.
 Saat itu juga aku memandanginya terus entah kenapa, kemudian Syafa memulai pembicaraan yang membahas si Ozy. Itulah kenapa aku disebut-sebut sedang kasmaran oleh Syafa.
“Haaah, Alea jjjjatuuh cinttta???  Yang bener Al? Setauku kamu tuhh paaaling anti sama begituan.” Kugy sambil melototkan mata saking kagetnya.
“Udah ah, udah bell masuk nih.” Aku mencoba mengalihkan pembicaraaan.
“Eciyee.. Alea.. ciye ciye ciye ciye..” Kata-kata berisik Kugy muncul.
            Hari itu benar-benar menjadi hari sialku, aku tidak bisa berkonsentrasi belajar sejak kejadian tadi. Ozy benar-benar menutup otakku untuk menerima pelajaran baru. Tidak tahu kenapa padahal dulu di SMP aku biasa saja dengannya, tidak seperti ini.
           
Untung saja saat itu pelajaran Konseling, jadi otakku bisa sedikit santai. Di jam pelajaran itu juga membuatku terbangun. Kita satu kelas mendapat tugas untuk menceritakan cita-cita kita yang setinggi mungkin, bahkan diharapkan kita bisa pergi ke luar negeri untuk meneruskan belajar. Aku bercita-cita ingin melanjutkan belajar ke Eropa, tujuan utamaku. Satu alasan yang pasti karena negara-negara di Eropa sangat maju, selain itu alasnku juga karena sejak dari kecil aku ingin sekali menikmati musim salju. Alangkah indahnya jika aku benar-benar bisa sekolah di Eropa,  dan menyentuh bola-bola salju kecil dari langit. Hembusan angin musim salju yang dingin, dan mengenakan mantel berbulu tebal. Negara yang ingin aku kunjungi adalah Prancis. Dengan keindahan dan kecantikan Eiffelnya membuatku sangat dan sangat mengaguminya. Sejak itulah aku terdorong untuk lebih berkonsentrasi sekolah di SMA tanpa ada penghalang
***
           
Berganti hari semangatku belajar semakin bertambah. Tak disangka aku bertemu Ozy saat menuju gerbang sekolah, dia memberiku senyum manisnya dan menghampiriku. Sebenarnya saat itu aku sangat tidak nyaman dan salah tingkah, akupun tak tahu kenapa hal ini terjadi.
“Hai Alea.. lama ga ketemu nih.” Sapanya.
Sambil salah tingkah aku membalas sapaannya.
“Uumb.. oh iiya Zy, udh lama ya.. Hmm.” Aku seperti orang yang kesulitan bicara.
Kami pun melanjutkan perjalanan menuju gerbang. Saat itu aku bertingkah seperti orang gila yang senyum-senyum sendiri menuju kelas. Ah aku sangat bingung dengan diriku, sebenarnya apa yang terjadi padaku.
“Haahh, itttu namanya kamu bener-bener lagi jatuh cinta tuh sama si Ozy.” Teriak Syafa setelah memahami cerita dariku.
“Hyuusssh. Apaan sih Syafa. Untung belum ada anak di kelas nih, suaramu keras banget. Udah udah udah, aku ga mau mikirin lagi. Ntar malah jadi penghalangku ke Prancis tau.”
            Di rumah pun aku masih kepikiran masalah ini, sampai-sampai aku dimarahi ibuku karaena tingkahku akhir-akhir ini aneh. Aku hanya melamun di kasurku sambil kebingungan dan seperti orang yang telah menerima musibah besar.
“Mungkin apa yang dikatakan Syafa emang bener, aku suka sama Ozy. Aargh kok bisa gini sih. Ya Allah, apa rencanaMu.. Kenapa rasa ini ga dulu saat SMP aja Ya Allah. Aku ga mau sekolahku keganggu cuma gara-gara ini, aku ingin ke Prancis ya Allah..” Sambil memeluk bonekaku aku terus menggumam.
Tapi aku berfikir mungkin ini memang jalanku, rasa ini baru muncul sekarang karena ada hubungannya dengan cita-citaku.
“Mungkin aja Ozy jadi penyemangatku. Tapi,, apa Ozy juga menyukaiku??” tanyaku pada diriku sendiri.
“Ahh apaah sih, ga mungkin juga lagi. Pokoknya aku harus tetep serius belajar, aku juga harus buang jauh-jauh rasa ini. FIGHTING Alea..!” Aku mencoba mengelak.
“Hayoww Alea.. ngapain hayo? Mikirin cowo yaa?” kakakku meledek dan mengagetkanku.
“Iigh.. kata siapa, nggak. Weekkk.” Aku sambil meledeknya dan lari keluar kamar.
***
            Jam istirahat di perpustakaan..
“Pagi Alea.. sendiri aja nih? Mana Kugy sama Syafa?” Ozy tiba-tiba mengagetkanku yang sedang membaca di meja perpustakaan.
“Pagi juga Zy, biasalah.. mereka ke kantin.” Jawabku yang sedang berusaha melupakannya sambil tak menghiraukan keberadaannya dan meneruskan membaca tanpa memandangnya sedikitpun.
“Oh.. oiya Al, aku ada sesuatu buat kamu. Nihh, pake ya..”  Ozy berusaha mencairkan keadaan dan memberiku sebuah gelang Handmade yang dibuatnya sendiri dari kalender bekas.
“Wah.. bagus Zy, makasih ya.. kamu buat ini sendirian??”
“Iya Al, aku buat ini cuma tiga hari loh. Aku juga buat untukku sendiri kok Al sama persis, liat deh.” Ozy sambil menyodorkan gelang di tangannya.
“Bagus kok Zy..” Jawabku cuek.
“oiya Al.. boleh ga aku ngomong sesuatu?
“Hmm.. apaan?” Aku meneruskan membaca buku
“sebenernyaa...”
“Iyaa?”
“Uumb, aku minta maaf ya Al udah lancang ngomong kaya gini. Tapi emang ini yang aku inginin dari SMP dulu. Sebenernya... aku suka kamu sejak SMP dulu Al.” Ozy terlihat gugup dan malu mengatakan hal itu. Dan membuatku meletakkan bukuku sambil melihatnya juga dengan gugup.
Tapi tetap saja aku harus mengabaikan, aku harus konsentrasi sekolah dan membuang hal ini jauh-jauh demi tujuanku ke Prancis.
“Ahh apaan sih Zy, kita kan udah berteman 3 tahun, aku tuh udah nganggep kamu kaya sahabatku sendiri.”
“Tapi Al..”
“Ummb, maaf deh Zy. Ohh udah bell masuk nih, balik yuk.” Ungkapku sambil gugup dan mencoba mengalihkan Ozy.
Karena bell masuk sudah berbunyi, akupun dengan malu dan gemetar meninggalkan Ozy yang malang di meja perpustakaan. Aku sendiri heran, kenapa aku bisa melakukan hal sejahat ini.
***

            Tak terasa wkatu berlalu begitu cepat, kamipun  harus mempersiapkan diri untuk menghadapi soal-soal Ujuan Nasional. Tinggal menghitung hari kita akan berhadapan dengan soal menegangkan tersebut. Hati resah dan tegang mempersiapkan diri ke pergurun tinggi dan memikirkan masa depan kita. Itulah saat-saat menguras pikiran dan otak kita semua. Kita harus bekerja keras dan menyingkirkan masalah-masalah lain demi masa depan di hadapan kita.
Dan Alhamdulillah usaha keras kita selama ini tidak sia-sia, nilai UN kita sangat memuaskan dan membanggakan orang tua. Tapi hal itupun belum membuat kita lega sepenuhnya, kita masih harus berjuang mencari perguruan tinggi idaman. Aku, Kugy, dan Syafa serempak mempunyai tujuan perguruan tinggi yang sama yitu mencari beasiswa ke Prancis.
“Aaal.. tunggu!!!” Syafa dan Kugy menghentikan perjalananku ke ruang TU untuk mengurus berkas-berkas.
“ah kalian.. kaget tau, ada apa sih sampe ngos-ngosan gitu??” Tanyaku heran.
“Iini Al.. soal Ozy. Diaa..” Jawab Syfa.
“Aah.. kelamaan deh Syafa. Gini loh Al, tadi kita ketemu Ozy di gerbang depan, dia nitip ini nih buat kamu. Katanya sih Al, notebook buatannya ini pemberian terakhirnya.”  


Hari kemarin, ternyata Kugy telah berbincang-bincang dengan Ozy karena mereka juga cukup dekat. Kugy bilang bahwa Ozy menyukaiku sejak SMP, tapi berkali-kali Ozy ingin mengungkapkannya dia tidak mempunyai nyali karena sifatku yang tak mau kenal hal-hal semacam itu. Bahkan dulu SMP dia pernah sampai membuntutiku pulang kerumah untuk mengungkapkannya, tapi tidak berhasil juga kerena di luar rumah ada keluargaku yang sedang bergurau. Akupun tidak tahu hal itu, kapan dia membuntutiku sampai ke rumah. Tapi kata Kugy saat itu dia langsung memutar balik sepedanya dan segera pulang. Aku benar-benar kaget dengan cerita Kugy, banyak sekali hal-hal yang dilakukan Ozy untuk mengungkapkan perasaannya. Dari informasi yang dibawa Kugy itu membuatku sangat sakit. Aku sudah mengecewakan Ozy yang dua tahun lalu sudah berani terus terang. Aku sangat takut, aku sudah menyakiti Ozy bahkan juga diriku sendiri. Berarti sudah 6 tahun Ozy menyimpan rasa itu, bahkan dia juga mengetahui kalau aku sangat mengidolakan Prancis dan Eiffel nya. Dia benar-benar laki-laki setia, sedangkan aku hanyalah gadis yang sombong dan tidak bisa menghargainya. L
“Msalahnya Al.. kamu kan dulu pernah suka Ozy juga tuh, sekarang Ozy udah mau berangkat ke Medan sama ibunya, dia juga mau kuliah di sana Al. Nahh.. harapan Ozy yang terakhir sekarang tuh dia pengen kamu ngucapin selamat tinggal buat yang terakhiiir kali. Entah kamu suka dia atau nggak dia tetep ngarepin itu Al.” lanjut Kugy
“So, kalo kamu masih suka Ozy, lakuin Al. Sekalian kamu ungkapin tuh perasaan. Tapi barusan tuh dia buru-buru pulang Al, katanya udah mau berangkat.” Sahut Syafa.
“Harapan kita sih kamu mau ke rumah Ozy Al..” lanjut Kugy
Ah aku sangat takut, kenapa tiba-tiba aku seperti akan ditinggalkan sendirian. Baru kali ini aku mendapat kabar kepergian seseorng sampai membuatku seperti orang putus asa dan kaku. Saat itu aku sangat sedih.
Aku berterus terang pada Kugy dan Syafa. Aku benar-benar bingung, apa aku harus ke rumah Ozy atau diam saja dan tak menghiraukannya. Tapi karena itu sahabatku sendiri yang meminta aku,  Kugy, dan Syafa  langsung menuju ke rumah Ozy menggunakan motor. Saat itu aku seperti tersihir oleh keadaan, aku sangat bingung.
            Tiba-tiba di jalan, Kugy terhenti karena ada kemacetan di depan. Dan aku melihat sebuah gelang yang sama persis dengan gelang pemberian  Ozy  tergeletak  di  jalan, akupun langsung turun  dan mengambil gelang itu. Sebenarnya, entah kenapa aku  mengambilnya dengan sangat gemetaran dan hatiku sangat resah karena gelang itu hanya aku dan Ozy yang memiliki. Entah apa yang akan terjadi hatiku benar-benar seperti teriris-iris. Di depanku, aku melihat seorang pemuda yang tergeletak dengan lumuran darah dan dikerubungi oleh masyarakat. Saat itu juga tiba-tiba air mataku jatuh dan aku sangat ketakutan orang itu adalah Ozy, entah mengapa juga pikiran itu melayang di otakku tiba-tiba. Ternyata Yang Kuasa telah mengatur pertemuanku dengan Ozy, saat itu juga aku melihat sendiri Ozy menutupkan matanya dan aku memeriksa nadinya ternyata sudah tidak bekerja. Melihat itu semua, tenagaku hilang. Aku ingin sekali berteriak, tapi rasanya berat sekali saat itu untuk membuka mulutku. Aku hanya terdiam memandangi wajah Ozy dan memegang gelangnya dengan wajahku yang penuh air mata. Aku benar-benar seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Aku tak ingin pulang, aku ingin disini menunggu Ozy sadar.
“Al...” Kugy dan Syafa menangis sambil memelukku. L

                                                                          ***


            Sejak kejadian sakit itu, aku hanya terdiam di kamar dan meratapi penyesalanku. Aku sudah sangat berdosa, aku telah menyakiti Ozy dan diriku sendiri selama 6 tahun dan itu bukan waktu yang singkat. Saat itu aku hanya ditemani oleh notebook pemberianm Ozy dan bolpoin kecil.
 Apa kau melihat dan mendengar..Tangis kehilangan dari ku
Baru saja ku ingin kau tahu..Perasaanku pada mu
            Tak ku sangka Ozy benar-benar sudah meninggalkanku. Dia pergi untuk selamanya, dan tak mungkin aku bisa bicara lagi dengannya. Aku benar-benar sudah kehilangan kesempatan untuk mengungkapkan perasaanku kepada Ozy, sungguh menyakitkan.  Mengapa dia harus pergi tanpa mendengar pengakuanku dulu dan aku sangat menyesal kenapa dulu waktu dia menyatakan perasaannya di perpustakaan aku tolak mentah-mentah. Seandainya saat itu aku menaggapi ucapan Ozy, mungkin aku tidak sesakit ini. Apa mungkin bukan sekarang saatnya untuk aku bahagia dengan Ozy? Hanya Allah yang tahu. L

            Seandainya aku mendapat kesempatan bertemu Ozy sekali lagi, aku hanya ingin mengucapkan satu kalimat.
            “Maafin aku ya Zy, I Love You more.” L L           

END L




Saat Kau Pergi

Entah mengapa hatiku trus gelisah
Apa yang ‘kan terjadi
Airmatapun jatuh tak tertahan
Melihatmu terdiam
Ternyata kau pergi ‘tuk s’lamanya
Tinggalkan diriku dan cintaku
Chorus:
Apa kau melihat dan mendengar
Tangis kehilangan dari ku
Baru saja ku ingin kau tahu
Perasaanku pada mu
Mungkin Tuhan tak ijinkan sekarang
Kau dan aku bahagia
Ternyata kau pergi ‘tuk selamanya
Tinggalkan diriku dan cintaku
Chorus





                                                                                                          
Bunga Citra Lestari